Saturday, March 8, 2008

Da’i Tukang Bubur


Semua orang yang tinggal di Bandung pasti kenal dengan Mang Oyo. Mulai dari gerai yang terletak di dekat PGI hingga di Sulanjana dan Surapati, Mang Oyo selalu identik dengan bubur paling top di kota Bandung. Pengusaha bubur ini belakangan sering terlihat melayani sendiri pelanggannya di Jalan Surapati.

Jika sekarang anda mampir ke gerai Mang Oyo di Suci, maka bukan hanya Mang Oyo saja yang akan ditemui. Di meja makan dan gerobak stiker Ahmad Heryawan dan Dede Yusuf akan menyambut anda. Jangan dikira ini adalah ulah tim sukses yang iseng menempel stiker, karena mang Oyo sendiri lah yang bersemangat memberikan dukungannya.

Mang Oyo memang sudah mengenal Ustadz Ahmad Heryawan sebelum beliau menjadi calon gubernur karena ternyata Mang Oyo juga seorang da’i yang aktif di PUI. Beliau bahkan memiliki daerah-daerah di pedalaman Jawa Barat yang dibinanya sendiri. Tak heran jika kemudian Mang Oyo terlihat bersemangat begitu Ustadz maju dalam pencalonan gubernur Jawa Barat.

Pernah suatu ketika saya diminta untuk turut serta mengantarkan amunisi kampanye yang diminta oleh Mang Oyo. Mang Oyo mengatakan bahwa amunisi berupa baligo, beberapa umbul-umbul dan pamflet tersebut akan dia kirim ke kampungnya untuk bisa dipasang di sana. Kami pun kemudian ngobrol sambil menyantap buburnya yang terkenal mak nyus itu.

”Insya4JJ1 Haji Ahmad akan menang, 4JJ1 paling tau isi hati manusia.” Itulah kata-kata yang paling saya ingat dari Mang Oyo. Kalimat yang lain tidak begitu saya ingat karena kebanyakan dalam Basa Sunda. Sebelum pulang, tak lupa Mang Oyo mengajak kami berdo’a bersama untuk kemengangan Hade. Kali ini do’anya dalam bahasa Arab.
Mang Oyo pun menepati janjinya. Ketika rombongan H. Ahmad Heryawan memasuki daerah pedalaman tempat kampung Mang Oyo, baligo dan umbul-umbul HADE sudah siap menyambutnya. Subhanallah.

Monday, March 3, 2008

Itu Mah Pacar Saya

Salah satu aktivitas yang paling sering dilakukan di AHC adalah menyambut tamu. Mereka yang datang rata-rata merupakan masyarakat Jawa Barat yang ingin berkeluh kesah serta menyatakan dukungannya kepada HADE. Tapi ada juga yang datang sebenarnya untuk mencari Dede Yusuf, pasangan ustadz sebagai wakil gubernur.

Pernah suatu ketika warga sekitar Terusan Cisokan datang untuk berkunjung. Ketika itu Ustadz sedang melakukan roadshow keliling Jawa Barat sehingga yang menerimanya adalah staff AHC. Dialog berlangsung secara seru karena warga sekitar sangat bersemangat untuk mendukung HADE. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul pun seringkali pertanyaan teknis tentang bagaimana mempromosikan HADE di warga.”Kami ingin sekali membantu, tapi gimana ya supaya jangan sampai merugikan ustadz dan tim sukses sendiri.” Demikian harapan tulus warga yang disampaikan dalam forum tersebut.

Menjelang waktu magrib, diskusi pun diarahkan untuk berhenti. Sebelum benar-benar ditutup, ternyata ada salah satu warga yang ”mengakui” alasan sesungguhnya datang ke AHC. ”Sebenarnya, salah satu alasan kenapa saya mau datang ke sini adalah pingin ketemu Dede Yusuf, pacar saya.” Sontak saja semua yang hadir tertawa, tak terkecuali suami sang ibu yang mengatakan hal barusan.
Terakhir, warga pun menyampaikan keinginannya agar ustadz dan Dede Yusuf bisa ikut menyaksikan pertandingan bola voli warga yang diadakan setiap akhir pekan.

Sekolah Dasar Infaq Tinggi

Seringkali para kader melontarkan pertanyaan-pertanyaan kritis kepada qiyadahnya (pemimpin) . Wajar saja, sebab kader yang dimiliki ikhwah (aktifis Islam) rata-rata berpendidikan tinggi. Terlebih lagi ketika dakwah telah bersentuhan dengan dunia politik.

Suatu ketika ustadz Ahmad Heryawan pernah mendapat sebuah pertanyaan tentang alasan dakwah bertarung dalam pemilihan kepala daerah langsung (PILKADA). Mungkin karena pertanyaan tersebut terlalu sering muncul, ustadz pun ‘gatal’ untuk menjelaskannya pada kami di kantor AHC.

Ustadz menjelaskan bahwa dakwah harus membawa manfaat bagi semua dan salah satunya adalah dengan berada pada kekuasaan. “Ada peran-peran yang memang harus dilaksanakan oleh pemerintah.”, ujar beliau.

Ustadz pun menyebutkan bahwa salah satu tanggung jawab pemerintah adalah di bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting yang bisa membawa manfaat bagi semua orang. Tentunya, dakwah juga sangat berkepentingan untuk memajukan sektor ini. Ustadz menyampaikan bahwa cara yang dilakukan oleh ikhwah selama ini dengan mendirikan yayasan atau lembaga pendidikan tidaklah cukup.

“Lihatlah, sekarang ini SDIT dan lembaga sejenis berjamuran tapi mengapa malah menjadi beban bagi masyarakat.” Saya pun bertanya dalam hati, bukankah bagus jika lembaga pendidikan berbasiskan Islam banyak bermunculan? Lalu ustadz pun melanjutkan dan saya kemudian sadar bahwa yang dimaksud ustadz dengan SDIT adalah Sekolah Dasar Infaq Tinggi. “Harusnya negaralah yang menanggung biaya pendidikan.” Demikian ustadz menambahkan.

Demi Nurani !

Banyak yang mungkin menganggap bahwa tulisan yang dimuat di sini berisi kampanye atau ajakan untuk memilih calon tertentu. Memang, bisa dibilang bahwa saya termasuk dalam salah tim calon gubernur yang bermarkas di Jalan Terusan Cisokan no 8. Namun, saya berjanji bahwa tidak akan ada suatu ajakan pun yang akan saya tuliskan dalam blog ini.

Tulisan ini dibuat sebagai sarana untuk berbagi, terutama bagi mereka yang mengamati perkembangan pemilihan kepala daerah langsung. Dunia Pilkada memang dunia yang baru bagi kita. Tak jarang, banyak yang beranggapan bahwa dunia Pilkada selalu identik dengan uang. Siapa yang memiliki uang dialah yang akan menang, dan siapa yang mencalonkan pasti orang yang punya banyak uang. Namun, di balik terusan cisokan no 8 saya dapati hal lain yang lebih dari sekedar uang.

Ada hal yang baik dan ada hal yang buruk dalam setiap kisah. Kadang hal tersebut menyenangkan, kadang menyeramkan, kadang miris, kadang aneh. Silahkan nilai sendiri dan ambil hikmah di dalamnya. Saya sampaikan apa adanya dari balik pintu terusan cisokan no 8.